Pages

Sunday, September 30, 2012

Tikus Dalam Mangkuk Susu

Ini adalah kisah tentang dua ekor tikus. Si tikus gemuk dan si tikus kurus. Suatu hari saat mencari makanan, keduanya menemukan sebuah mangkuk besar yang penuh dengan susu. Mereka pun bergegas lompat dan masuk ke dalam mangkuk yang penuh dengan susu itu. Setelah cukup lama mereka berenang dalam mangkuk yang penuh dengan susu itu, mereka pun sadar bahwa mereka tidak dapat keluar karena tingginya mangkuk. Dengan sekuat tenaga mereka mencoba melompat keluar, namun tetap tidak berhasil karena air susu membuat lompatan mereka menjadi lemah. Mereka pun hanya bisa bertahan hidup dengan tetap mengayuhkan kaki mereka agar mereka tidak tenggelam.

Si tikus gemuk berkata kepada si tikus kurus, “Temanku, sepertinya tidak ada gunanya kita menunggu bantuan dan tetap bertahan mengayuhkan kaki kita, ini akan membuat kita lelah. Mungkin seharusnya kita menyerah saja.” Si tikus kurus berkata, “Bertahanlah sebentar lagi temanku, tetaplah mengayuhkan kaki mu. Seseorang akan mengeluarkan kita dari sini..” Mereka pun bertahan mengayuhkan kaki selama berjam-jam lamanya.

Kemudian si tikus gemuk berkata, “Aku sudah tidak dapat bertahan lagi, mengayuh berjam-jam membuat ku lelah. Lagipula percuma saja kita menunggu seseorang menolong kita, kita berada di dalam mangkuk yang besar ini, mereka pasti tidak akan dapat melihat kita. Sepertinya kita memang ditakdirkan untuk tenggelam di sini. Semua ini tidak ada gunanya, karena kita pasti akan tenggelam juga akhirnya. Aku menyerah..” Si tikus gemuk pun berhenti mengayuhkan kakinya, dia menyerah dan membiarkan dirinya tenggelam. Namun si tikus kurus tetap bertahan dan mengayuh.

Tak berapa lama kemudian, tikus kurus merasakan sesuatu yang padat di bawah kakinya. Ternyata, kayuhan kakinya perlahan-lahan mengubah susu tersebut menjadi mentega. Ia pun mengayuh sedikit lagi hingga akhirnya dia dapat melompat keluar dari dalam mangkuk besar itu.


Cerita mengenai tikus gemuk dan tikus kurus ini mengilustrasikan tentang bagaimana dua orang melihat satu masalah yang sama dengan dua sudut pandang yang berbeda dan memberikan respon yang berbeda pula. Terkadang kita berperan seperti si tikus gemuk yang memandang masalah yang dihadapinya dengan pesimis. Merasa tidak akan mampu mengatasi keadaan, hingga menyerah dan membiarkan diri hanyut terbawa dalam masalah yang dihadapi. Marilah kita belajar menjadi si tikus kurus yang optimis dalam menghadapi masalah, tidak mudah menyerah, tetap bertahan dan berusaha hingga membawa dia menuju ke jalan penyelesaian masalahnya.

Saturday, September 29, 2012

Berlian Yang Berharga

Hafiz adalah seorang petani yang hidup di sebuah desa yang permai bersama keluarganya. Ia merasa bahagia dan puas dengan hidupnya. Dia merasa bahagia karena dia puas, dan merasa puas karena dia bahagia. Suatu hari, seorang bijak datang kepadanya dan menceritakan tentang kemuliaan, kekuatan dan berharganya sebuah berlian bila dimiliki oleh seseorang. Orang bijak itu berkata, "Jika Anda memiliki berlian seukuran ibu jari Anda, Anda bisa memiliki kota Anda sendiri. Jika Anda memiliki berlian sebesar kepalan tangan Anda, Anda mungkin bisa memiliki negara sendiri.." Dan kemudian orang bijak itu pergi. Malam itu Hafiz tidak bisa tidur. Dia merasa tidak bahagia dan tidak puas. Dia merasa tidak bahagia karena dia tidak puas, dan dia merasa tidak puas karena tidak bahagia.

Keesokan harinya ia membuat persiapan untuk menjual tanah pertaniannya, meninggalkan keluarganya dan pergi mencari berlian. Dia mencari ke seluruh Afrika namun tidak bisa menemukan apapun. Dia mencari ke penjuru Eropa namun dia tidak bisa menemukan apapun. Ketika ia sampai di Spanyol, ia merasa lelah secara emosional, fisik, dan finansial. Ia menjadi begitu kecewa hingga ingin melemparkan dirinya ke Sungai Barcelona dan bunuh diri.

Di desa, di ladang pertanian yang telah dijual Hafiz, pria yang telah membeli ladang pertaniannya sedang menyiram unta di sebuah sungai yang mengaliri ladang pertanian itu. Di sungai itu, Sinar matahari pagi menghantam batu dan membuatnya berkilau seperti pelangi. Dia berpikir itu akan indah jika disematkan pada bagian mantel. Dia pun mengambil batu itu dan meletakkannya di ruang tamu.

Sore itu sang orang bijak datang dan melihat batu berkilau. Dia bertanya, "Apakah Hafiz kembali?" Pemilik baru ladang pertanian itu berkata, "Tidak, mengapa kau bertanya?" Orang bijak berkata, "Karena itu adalah berlian. Saya dapat mengenalinya hanya dengan melihatnya.." Pria itu berkata, "Tidak, itu hanya sebuah batu yang saya ambil dari sungai. Ayo, saya akan menunjukkan kepada Anda. Ada lebih banyak lagi di sana" Mereka pun pergi dan mengambil beberapa batu. Dan untuk memastikan kebenarannya, mereka mengirim beberapa sampel batu untuk diteliti.. Ternyata benar saja, batu-batu itu adalah batu berlian. Mereka menemukan bahwa berhektar-hektar ladang pertanian itu memang dipenuhi oleh begitu banyak berlian berharga.

Singkat kata, pesan moral yang disampaikan oleh cerita tersebut adalah:
Bahwa, sebenarnya kesempatan berharga ada dihadapan kita, hanya saja terkadang kita tidak dapat melihatnya dengan jelas atau bahkan melewatkannya begitu saja. Bukalah mata dan manfaatkanlah kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya, karena kesempatan yang sama tidak akan menghampiri anda dua kali; kesempatan yang kedua mungkin akan lebih baik atau lebih buruk, namun tidak akan sama dengan kesempatan yang telah lewat.